Senin, 19 April 2010

Capital Inflow Kian Deras, Rupiah Diproyeksikan Menguat

JAKARTA - Kendati pasar saham diproyeksikan melemah, nilai tukar rupiah diperkirakan sebaliknya. Rupiah nampaknya masih bisa menguat karena capital inflow yang ada.

Menurut Kepala Ekonom BNI Tony Prasetiantono, kasus fraud Goldmand Sachs di Amerika Serikat (AS) nampaknya akan memberikan tekanan kepada USD. Imbasnya, rupiah akan menjadi positif.

"Kasus Goldmand Sachs mestinya justru akan memperlemah USD. Indonesia yg tidak memiliki basis pasar modal seperti di AS yang banyak bermain derivatif, masih mendapat kepercayaan dari investor global," jelas Tony ketika dihubungi, di Jakarta, Selasa (20/4/2010).

Selain itu, secara teknis ia melihat potensi rupiah untuk menguat sangat besar. Karena, katanya nilai rupiah masih murah sekarang ini.

"Kurs rupiah juga masih berada di bawah potensinya menyentuh Rp9.000. Karena itu saya pikir masih ada sedikit ruang bagi Rp untuk menguat sampai Rp 9.020," tukas dia.

Sebelumnya, berdasarkan data Bank Indonesia (BI), Senin (19/4/2010), kurs tengah rupiah melemah di Rp9.046 per USD. Pada perdagangan pagi tadi, rupiah berada di level Rp9.042 per USD. Sementara menurut yahoofinance, rupiah berada di posisi Rp9.045 per USD, di mana kisaran perdagangan harian rupiah berada di kisaran Rp9.091- Rp9.001 per USD.(css)
http://economy.okezone.com/read/2010/04/20/278/324347/capital-inflow-kian-deras-rupiah-diproyeksikan-menguat

Rupiah Jauhi 9.000

JAKARTA, KOMPAS.com - Kurs rupiah terhadap dollar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Senin (19/4/2010) sore makin terpuruk menjauhi level 9.000, karena pasar terus melepas rupiah sehingga kemerosotannya makin melebar.

Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib di Jakarta, Senin mengatakan, aksi lepas rupiah oleh pelaku pasar makin kuat, karena tingginya kemerosotan saham-saham di bursa Wall Street.

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS turun menjadi Rp 9.040-Rp 9.050 per dollar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp 9.005-Rp 9.015 atau turun 35 poin sedangkan sesi pagi hanya 18 poin.

Namun menuurut Kostaman Thayib, koreksi harga terhadap rupiah tidak berlangsung lama, karena aliran dana asing yang masuk ke pasar domestik masih terus mengalir. "Kami optimis rupiah masih berpeluang untuk menguat lagi dan kembali mendekati angka Rp 9.000 per dollar AS," ucapnya.

Rupiah, lanjut dia saat ini sangat tertekan dengan masuknya Bank Indonesia (BI) ke pasar ditambah pula oleh memburuknya saham-saham di Amerika Serikat. "Kami optimis pasar akan kembali positif, meski di Wall Street ada kasus Goldman Sachs yang diduga melakukan penipuan," ucapnya.

Menurut dia, rupiah memang berpeluang untuk naik lagi, namun Bank Indonesia mempunyai kepentingan sendiri untuk mendorong pendapatan devisa meningkat. "Selain itu, para eksportir juga khawatir kenaikan rupiah yang berlanjut menimbulkan kesulitan untuk menetapkan tarif produk jualnya di pasar ekspor," katanya.

Rupiah, lanjut dia agar tidak menimbulkan kesulitan bagi eksportir maupun importir, maka diperkirakan posisinya yang ideal berada di level antara Rp 9.200 sampai Rp 9.500 per dollar AS.

"Karena pada posisi tersebut, maka eksportir maupun importir akan dapat melakukan kegiatan usaha dengan baik," ucapnya.

BI, menurut dia kemungkinan masih akan berada di pasar, karena khawatir rupiah masih berpeluang untuk naik kembali seiring dengan aliran dana asing yang masuk ke pasar domestik.

"Apalagi para investor asing dari Thailand berusaha mengalihkan dananya ke pasar Indonesia, karena di Thailand terjadi aksi huru hara yang mendorong mereka ingin mengalihkan dananya ke pasar domestik untuk menjaga dananya agar lebih aman," ucapnya.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/04/19/15581555/Rupiah.Jauhi.9.000

Selasa, 13 April 2010

Saham dan Rupiah Melemah

JAKARTA, KOMPAS.com — Indeks bursa masih berada di teritori merah hingga sesi perdagangan pertama pada Selasa (13/4/2010). Indeks harga saham gabungan atau IHSG melorot 0,40 persen ke 2.869,69.

Indeks lesu lantaran harga saham-saham jagoan turun. Harga saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) turun 0,62 persen menjadi Rp 8.000 per saham.

Harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) juga turun 1,04 persen menjadi Rp 4.025. Begitu juga saham PT Astra International Tbk (ASII) yang melorot 1,9 persen menjadi Rp 43.750 per saham.

Nilai perdagangan hingga jam makan siang ini cukup tebal. Totalnya mencapai Rp 2,34 triliun.

Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS siang ini melemah mendekati level 9.050. Mata uang RI ini ada di posisi Rp 9.040 per dollar AS.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/04/13/12530120/Saham.dan.Rupiah.Melemah

Rupiah Sore Menguat ke 9.010

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta, Senin sore, ditransaksikan pada kisaran 9.010/9.020 per dollar AS, menguat 10 poin dari posisi penutupan akhir pekan lalu 9.020/9.030 per dollar AS.

"Apresiasi pasar terhadap rupiah tetap positif, meski kenaikannya pada sore ini dalam kisaran sempit," kata pengamat pasar uang Farial Anwar.

"Kami memperkirakan rupiah akan kembali menguat, karena faktor positif masih ada, karena aliran dana asing yang masuk terus terjadi, " katanya.

Rupiah, menurut masih berpeluang untuk naik di bawah angka 9.000 per dollar AS. "Saya kira pada esok hari rupiah akan kembali menguat di bawah angka 9.000 per dollar AS," ucapnya.

Menurutnya, rally saham-saham AS yang mengimbas bursa regional dan melemahnya dollar AS di pasar regional merupakan faktor yang mendorong rupiah menguat.

Indonesia, menurut dia, masih merupakan pasar yang potensial untuk menempatkan dananya di pasar uang maupun di pasar modal. Karena itu, rupiah diperkirakan akan dapat mencapai angka 8.300 per dollar AS dalam pergerakannya ke depan.

Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Hartardi A Sarwono mengatakan rendahnya infalsi di awal tahun ini juga dipengaruhi oleh penguatan nilai tukar rupiah. "Penguatan nilai tukar rupiah membantu menahan laju inflasi, terutama yang disebabkan oleh inflasi barang-barang impor," katanya

Menurut dia, penguatan rupiah ini lebih disebabkan kondisi makro ekonomi yang bagus dan ditunjang pemulihan ekonomi global yang masih lambat sehingga mendorong modal masuk masih besar.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/04/12/16425867/Rupiah.Sore.Menguat.ke.9.010

Kamis, 08 April 2010

Ikuti IHSG, Rupiah Diproyeksikan Terkoreksi

JAKARTA - Tren pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG) akibat profit taking nampaknya mendorong terjadinya pelemahan rupiah kembali pada akhir pekan ini.

"Saya semakin tidak yakin rupiah akan dapat menguat menembus level Rp9.000," kata Ketua Currency Management Board Farial Anwar kepada okezone di Jakarta, Jumat (9/4/2010).

Menurutnya, rupiah tidak akan bergerak dengan volatilitas yang tinggi. Dimana, Farial mengatakan rupiah akan berada pada kisaran Rp9.030-9.080 per USD. "Level Rp9.050 merupakan level yang bagus bagi Bank Indoensia (BI), eksportir, serta spekulan," imbuhnya.

Walau pasar saham tengah dilanda profit taking, dia menjelaskan tidak serta merta terjadi capital outflow. Umumnya investor tersebut masih bertahan di Indonesia, dan mengalihkan portofolionya untuk sementara ke SBI atau SUN. "Mereka menunggu waktu yang tepat untuk masuk lagi ke pasar," katanya.

Sementara itu, dolar AS juga memang tengah dalam tre menguat. Hal ini terutama karena pengaruh krisis Yunani. "Tapi saya melihat USD ini belum akan mengalami penguatan yang significan," tukasnya.

Sebelumnya, berdasarkan data kurs tengah Bank Indonesia (BI), Kamis (8/4/2010) rupiah berada pada level Rp9.064 per USD atau naik jika dibandingkan dengan sebelumnya yang sebesar Rp9.037 per USD. Sementara itu, berdasarkan data yahoofinance, rupiah berada di level Rp9.070 per USD, dengan kisaran perdagangan harian Rp9.030- Rp9.080.(css)
sumber:http://economy.okezone.com/read/2010/04/09/278/320786/ikuti-ihsg-rupiah-diproyeksikan-terkoreksi

Rabu, 07 April 2010

Rupiah di Kuartal Dua Bakal Terhimpit?

KOMPAS.com - Kuartal perdana 2010 yang baru berakhir, menghadirkan beberapa catatan penting dalam sektor keuangan Indonesia. Pergerakan dramatis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turut menular pada kinerja dua instrumen investasi primadona.

Mata uang rupiah dan obligasi pasar berkembang menjadi juara diantara varian aset lain yang ditransaksikan pemodal. Meskipun prestasi keduanya di triwulan awal cukup impresif, bukan tidak mungkin segala sesuatunya akan berbalik arah pada periode berikut.

Performa aset-aset emerging market, termasuk obligasi, tampak mengesankan dengan catatan kinerja terbaik sebesar 5,1 persen. Instrumen yang memberi imbal hasil tinggi seperti SUN, berhasil mendorong apresiasi mata uang hingga 3,7 persen pada tahun ini. Sehingga rupiah mampu masuk jajaran tiga besar mata uang dengan kinerja terbaik dari 10 mata uang Asia yang paling aktif diperdagangkan.

Di tengah euforia pasar, bintang sektor finansial Indonesia pada kuartal I masih dipegang oleh IHSG. Indeks tak kunjung berhenti mencetak rekor tinggi baru setiap pekannya. Fenomena ini terjadi setelah arus modal asing menuju pasar saham Indonesia tidak bisa terbendung.

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) bulan Maret, pemodal asing melakukan net buying saham hingga Rp 4,9 triliun, setelah menjual kepemilikan senilai total Rp 1,6 triliun pada Februari. Tingkat kenaikan IHSG sepanjang tahun ini (Year-To-Date Return) mencapai 13,1 persen. Sekaligus menjadikan Indonesia sebagai pemimpin bursa Asia mengalahkan Thailand (10,2 persen YTD Return) dan Malaysia (8,9 persen YTD Return).

Apabila kita perhatikan, terdapat korelasi yang menarik antara peringkat investasi dan utang sovereign dengan kinerja pasar modal. Atmosfir pasar modal di luar Amerika Serikat (AS) yang sangat flat merupakan pemicu utama aliran hot money ke dalam aset pasar berkembang Indonesia. Akan tetapi, kucuran dana asing yang sifatnya jangka pendek ini bisa berhenti sewaktu-waktu. Pemodal luar dapat meninggalkan pasar kapanpun, karena terserap oleh laju pemulihan ekonomi di AS dan eropa.

Potensi koreksi rupiah

Pada kuartal kedua, penguatan IHSG yang mulai terbatasi bisa membuat tren rupiah berbanding terbalik dari periode sebelumnya. Mengapa bisa demikian? Ada beberapa alasan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan mengenai kemungkinan ini.

Faktor pertama adalah tren pasar modal AS yang mulai terdongkrak naik menuju ke level indeks saham yang dicapai sebelum kebangkrutan Lehman Brothers. Apabila kecenderungan ini terus berlanjut, maka daya tarik aset negara maju terlihat lebih atraktif bagi investor.

Sesungguhnya grafik bursa AS sangat bergantung pada tren di sektor tenaga kerja. Angka pengangguran yang semakin terkikis menjadi pertanda bahwa tren tersebut belum akan menunjukkan perubahan.

Situasi berbeda tampak pada sektor keuangan kawasan eropa. Tekanan psikologis dari krisis Yunani tetap membayangi pasar saham Portugal, Irlandia, Yunani dan Spanyol. Mayoritas investor masih tampak khawatir terhadap efek sistemik masalah utang Yunani. Namun ketakutan tersebut dapat diredakan oleh berkurangnya kecemasan pasar atas resiko sovereign eropa. Sehingga hot money bisa bergulir kembali menuju aset negara maju dalam tiga bulan ke depan.

Faktor kedua yang bisa mengakhiri rally rupiah adalah ekspektasi atas tingkat interest rate differential (perbedaan selisih bunga). Apabila pelaku pasar mulai berharap pada kenaikan suku bunga AS, perbedaan selisih bunga ini akan menekan aset pasar berkembang Indonesia, terutama pasar modal dan obligasi. Ekspektasi para pelaku pasar terhadap siklus kenaikan bunga AS pada kuartal kedua diprediksi akan naik, mengacu pada data-data ekonomi AS yang membaik. Akumulasi hasil laporan positif berpotensi mengangkat kepercayaan investor asing terhadap kinerja dollar dibandingkan mata uang lain.

Merujuk pada analisa teknikal USD/IDR pada grafik Daily dan Weekly, dapat dilihat bahwa RSI dan Stochastic berada di area oversold. Pada saat bersamaan, MACD di grafik Daily membentuk formasi bullish divergence. Fakta ini seharusnya mengubah bias koreksi bullish US Dollar terhadap rupiah, setidaknya mampu membidik area 9.200 dalam waktu dekat. Dengan catatan, dibutuhkan penembusan secara konsisten diatas area 9.090 – 9.110 untuk memicu momentum koreksi pelemahan rupiah lebih lanjut.

Pada fase ini, level 9.000 menjadi support kunci untuk menahan apresiasi rupiah lebih jauh. Bila Rupiah menembus area di bawah 9.000, akan memicu penguatan rupiah menuju target Fibonacci 79 persen di area 8.980.

Berdasarkan analisa teknikal dan fundamental, seharusnya trend utama rupiah masih dalam jalur apresiasi untuk jangka panjang. Proyeksi jangka pendek menunjukkan bahwa Rupiah masih berpeluang terkoreksi melemah sebelum melanjutkan penguatan kembali. (Albertus CK/Senior riset dan analis Monex)

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/04/08/09253086/Rupiah.di.Kuartal.Dua.Bakal.Terhimpit

Stabil, Rupiah di Bawah 9.050

JAKARTA, KOMPAS.com — Kurs rupiah terhadap dollar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Rabu (7/4/2010) sore, cenderung stabil karena pelaku pasar mengurangi kegiatannya. Namun, posisi rupiah masih di bawah angka Rp 9.050 per dollar AS.

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menguat tipis empat poin menjadi Rp 9.046-Rp 9.056 per dollar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp 9.050-Rp 9.060.

Analis Valas PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova, Rabu di Jakarta, mengatakan bahwa kegiatan pasar menjelang sore cenderung berkurang. Hal ini terlihat dari mengendurnya aksi beli terhadap rupiah. "Pelaku asing mengurangi pembelian terhadap rupiah dibanding sesi sebelumnya sehingga mata uang Indonesia mengalami kenaikan tipis," katanya.

Sekalipun kenaikannnya berkurang, peluang rupiah untuk bisa mencapai angka Rp 9.000 per dollar AS menurutnya masih cukup besar.

Rully Nova mengatakan, rupiah diperkirakan akan kembali menguat hingga mendekati angka Rp 9.000 per dollar AS meski kenaikannya saat ini mengecil. "Hal ini terjadi karena pelaku pasar lokal, terutama pengekspor, mengharapkan BI untuk mengamati pergerakan rupiah yang terus menguat," katanya.

Rupiah menurutnya akan berhasil mencapai angka tadi per dollar AS dalam waktu dekat, bahkan melewati level tersebut karena aksi beli pelaku asing terhadap rupiah makin kuat. "Pelaku asing membeli rupiah dan melepas dollar AS untuk bermain di pasar saham, yang mendorong indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat hingga mendekati angka 3.000 poin," ucapnya.

Selain itu, Indonesia dalam waktu dekat menurutnya akan mencapai rating investasi (investment grade) yang akan memicu rupiah terus naik. "Kami optimistis, rupiah akan sangat diuntungkan oleh ekspektasi peningkatan peringkat ke investment grade," katanya.

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/04/07/16283130/Stabil..Rupiah.di.Bawah.9.050

Senin, 05 April 2010

Rupiah Dekati 9.000

JAKARTA, KOMPAS.com - Kurs rupiah terhadap dollar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Senin (5/4/2010) sore, menguat hingga di bawah angka Rp 9.050 per dollar AS karena permintaan pelaku pasar terhadap rupiah terus meningkat.

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS naik menjadi Rp 9.045-Rp 9.055 per dollar AS dibanding penutupan sebelumnya Rp 9.065-Rp 9.075 atau naik 20 poin.

Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, Senin, mengatakan, kenaikan rupiah yang berlanjut sudah diperkirakan sebelumnya karena faktor positif makin kuat memicu kenaikan tersebut. "Kami optimis rupiah akan dapat menembus angka Rp 9.000 per dollar AS, " ujarnya.

Edwin Sinaga yang juga Dirut Finan Corpindo Nusa mengatakan, faktor positif dari internal, seperti makin membaiknya kinerja ekonomi makro Indonesia dan berlanjut membaiknya saham-saham AS, akan mampu mendorong rupiah terus mendekati angka Rp 9.000 per dollar AS. "Apalagi pelaku asing makin meningkatkan investasinya di pasar domestik yang memberikan harapan besar rupiah akan terus menguat," katanya.

Kenaikan rupiah, menurut dia, kemungkinan akan menjadi masalah bagi eksportir karena produk jualnya di pasar ekspor menjadi kurang kompetitif. "Karena itu, kenaikan rupiah kemungkinan akan ditahan, dimana Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan melepas cadangan devisanya," katanya.

Meski demikian, lanjut dia, rupiah akan terus bergerak naik meski kenaikannya itu agak tertahan, agar eksportir tidak terlalu khawatir dengan menguatnya rupiah lebih jauh. "Kami harapkan kenaikan rupiah yang agak cepat dapat ditahan sehingga eksportir dapat bernafas untuk menyesuaikan penjualan produknya di pasar ekspor," katanya.

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/04/05/19174667/Rupiah.Dekati.9.000

Rupiah Sentuh Level Tertinggi

Nilai tukar rupiah terhadap dollar terus menguat, mencapai level tertinggi dalam 20 bulan terakhir ini, didorong oleh derasnya dana asing yang masuk ke pasar Indonesia.

Mata uang RI ini pada Selasa (6/4/2010) pagi berada di posisi Rp 9.032/Rp 9.044 per dollar AS. Level ini merupakan yang tertinggi sejak sejak 4 Agustus 2008.

Menurut para dealer, hari ini level support resistance rupiah ada di level 9.030-9.060. Para pelaku pasar juga menunggu keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia siang ini mengenai BI Rate. Saat ini BI Rate ada di posisi 6,50 persen.

Sementara itu, pengamat pasar uang Edwin Sinaga, seperti dikutip Antara, kemarin, mengatakan, kenaikan rupiah yang berlanjut sudah diperkirakan sebelumnya karena faktor positif makin kuat memicu kenaikan tersebut. "Kami optimistis rupiah akan dapat menembus angka Rp 9.000 per dollar AS, " ujarnya.

Edwin Sinaga yang juga Dirut Finan Corpindo Nusa mengatakan, faktor positif dari internal, seperti makin membaiknya kinerja ekonomi makro-Indonesia dan berlanjut membaiknya saham-saham AS, akan mampu mendorong rupiah terus mendekati angka Rp 9.000 per dollar AS. "Apalagi, pelaku asing makin meningkatkan investasinya di pasar domestik yang memberikan harapan besar rupiah akan terus menguat," katanya.

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/04/06/09385921/Rupiah.Sentuh.Level.Tertinggi